Ada nyeri yang tertera di hati. Ada gamang yang mengguncang-guncang perasaan. Sekali lagi, sebuah peristiwa menghentak jiwa. Dan membuat saya bertanya-tanya: Kira-kira seperti apa akhir perjalanan hidup saya? Entahlah, saya tidak tahu dan yakin sepenuhnya bahwa saya tak akan pernah tahu. Mungkin dengan cara yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya, atau mungkin dengan cara yang jusutru selalu saya bayangankan sebelumnya

Siapa yang tidak kenal dengan marco simoncelli seorang pembalap motogp bernomor 58 itu?

Tapi kematian memang tidak memilih cara, usia dan status. Ia bisa menimpa siapa saja, usia berapa pun dan dengan cara yang bagaimanapun. Pula, usia, status dan cara itu bukanlah MASALAH. It’s not the matter, it’s not the point how does somebody die. Yang menjadi masalah adalah dalam kondisi bagaimana kita ketika meninggal. Dan meninggalnya simoncelli di sirkuit sepang malaysia memberi pelajaran yang  dalam bagi saya.

Kematian telah menjadi garis pembatas, yang menghentikan semua yang dya lakukan. Tapi, sekali lagi, itu semua tak menjadi soal. Karena Allah telah menjanjikan pahala bagi sebuah usaha, sebuah proses, bukan hasil. Selama sebuah aktifitas merupakan amal shaleh yang dilandasi keikhlasan, maka pahala tetap ditangan meskipun kematian menghentikan upaya itu. Apalagi jika saat meninggal, yang bersangkutan berada dalam kondisi terbaik.

Seorang pembalap yang begitu berbakat, siapa sangka jika sang khalik akan memanggilnya saat dia menjalankan pekerjaannya sebagai pembalap di motogp. Yaach tak ada yang tahu, kematian datang menjemputnya tanpa ada permisi tanpa ada salam dan semuanya berlangsung begitu cepat.

kini tak lagi kita jumpa marco simoncelli pembalap dengan nomor 58 itu lagi bersama sama kawan kawanya beradu kecepatan dan skill di lintasan balap. sungguh motogp kehilangan satu lagi aset terbaiknya.

Kawanku yang baik budinya.

Lihatlah diri kita,kita sadar kita akan mati, kita pun sadar bahwa ketika mati, harta seluas daratan dan lautan tak ada yang bias kita bawa, lihatlah lagi diri kita. Meskipun kematian dan hari berbangkit menjadi satu kepastian yang tidak bias ditolak. Kita masih saja menjadi manusia manusia serakah, manusia manusia yang lapar akan symbol – symbol status dan kekayaan.

didunia ini apa yang engkau minta kawan ?

Kawanku, tidak, jangan mintakan saya karir yang sukses, rizki yang baik, jodoh yang sholeh ataupun kesuksesan duniawi lainya. Biar, biar Allah saja yang menentukan itu bagi saya, seperti apapun. Saya hanya minta mohonkan satu saja: Agar saya kuat, tegar dan benar menjalani semua takdirNya, hingga ketika saya tiba pada batas waktu usia saya, saya dapat mengakhirinya dengan baik, dengan manis, dengan indah. (Sungguh, saya takut ajal itu menjemput saat saya sedang berkeluh kesah, berputus asa terhadap rahmatNya. Sungguh, saya takut batas akhir kehidupan saya tiba saat saya sedang bermaksiat kepadaNya. Sungguh saya khawatir, ketika waktu telah ditutupkan atas saya, diri saya tengah bergumul dengan kesia-siaan. Sungguh, saya khawatir, saat saya meninggal, hati saya tengah diliputi kecewa, kemarahan atau kebencian

Kawan, tolong mohonkan itu pada Allah ! Allah, mohon kabulkan doaku!

Semoga tuhan lapangkan kuburnya dan terima semua amalnya..

Engkau kan selalu dikenang dan terkenang selamanya..

Selamat jalan marco simoncelli